Jumat, 22 Februari 2013

Peringatan Untuk Berhati-hati Dalam Bergaul



PERINGATAN UNTUK BERHATI-HATI DALAM BERGAUL
(ditulis oleh: Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.)

Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَمَرَ بِمُصَاحَبَةِ الْأَخْيَارِ وَنَهَى عَنْ مُصَاحَبَةِ الْأَشْرَارِ، فَقَالَ: {ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ ﭖ ﭗ ﭘ ﭙ ﭚﭛ ﭜ ﭝ ﭞ ﭟ ﭠ ﭡ ﭢ ﭣﭤ } وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، بَيَّنَ لِعِبَادِهِ طُرُقَ الْخَيْرِ لِيَسْلُكُوْهَا، وَبَيَّنَ لَهُمْ طُرُقَ الشَّرِّ لِيَجْتَنِبُوْهَا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَغَّبَ فِيْ اخْتِيَارِ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَحَذَّرَ مِنْ جَلِيْسِ السُّوْءِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ وَتَمَسَّكَ بِسُنَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،
أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى فَتَقْوَى اللهِ وِقَايَةٌ مِنَ الشَّرِّ وَالْعَذَابِ وَسَبَبٌ مُوْصِلٌ لِلْخَيْرِ وَالثَّوَابِ
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah l yang telah memerintahkan kita agar mencari teman yang baik dan melarang kita untuk berteman dengan orang yang jelek agama dan budi pekertinya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi selain Allah l semata dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah l karuniakan kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya, serta kaum muslimin yang senantiasa mengikuti petunjuknya.

‘Ibadallah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l, kapan pun dan di mana pun kita berada. Dengan bertakwa, seseorang akan terjaga dari terjatuh pada kemaksiatan dan dengan bertakwa, berarti seseorang telah membentengi dirinya dari terkena azab Allah l.

Hadirin rahimakumullah,
Perlu diketahui, bahwa manusia dalam kehidupannya di dunia tidak bisa hidup sendiri dan memisahkan diri secara total dari manusia lainnya. Bahkan, setiap orang butuh bertemu dan berkumpul dengan yang lainnya. Maka, bertemu dan berkumpulnya seseorang dengan orang lain ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap masing-masing orang, sesuai dengan keadaan orang-orang yang dia bertemu atau berkumpul bersamanya. Bahkan seseorang bisa diketahui keadaan agama dan akhlaknya dari teman-teman dekatnya yang senantiasa bersamanya.
Oleh karena itu, kita dapatkan banyak ayat dan hadits yang menganjurkan untuk memilih teman yang baik serta berhati-hati dan menjauh dari teman yang jelek. Di antaranya disebut dalam firman Allah l:
“Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang beribadah kepada Rabb mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini.” (al-Kahfi: 28)
Ayat ini memberikan bimbingan kepada kita untuk berteman dengan orang-orang yang baik, yaitu orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah l dan ikhlas dalam menjalankannya. Menjadikan mereka sebagai teman akan membuahkan kebaikan dan manfaat yang besar. Maka seseorang yang menginginkan kebaikan tidak akan meninggalkan mereka meskipun seandainya mereka adalah orang-orang yang miskin.
Adapun dalam hadits, Nabi n bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً.
“Permisalan teman yang baik dan jelek seperti seseorang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Seseorang yang membawa minyak wangi terkadang akan memberi minyak tersebut dengan cuma-cuma atau terkadang akan menjual sebagiannya atau paling tidak engkau akan mencium bau wangi darinya. Adapun pandai besi, maka terkadang akan membuat bajumu terkena api atau paling tidak engkau akan mendapatkan bau yang tidak sedap.” (Muttafaqun ‘alaih)
Di dalam hadits ini, Nabi n memberikan permisalan sehingga lebih mendekatkan pada kejelasan tentang besarnya manfaat teman yang saleh dan bahayanya teman yang jelek. Dalam setiap keadaan, orang yang saleh akan menjadi sebab kebaikan bagi yang menjadikannya sebagai temannya. Dia bagaikan orang yang membawa minyak wangi sehingga orang yang bersamanya barangkali akan diberi sebagai hadiah untuknya atau kalau dia sangat membutuhkannya maka bisa membelinya, atau paling tidak dia akan mendapatkan baunya yang wangi.
Demikianlah, seseorang ketika bersama dengan orang yang baik agama dan akhlaknya maka dia akan mendapatkan bimbingan dan nasihat darinya. Dia akan melihat ibadahnya sehingga dia bisa memperbaiki tata cara ibadahnya dan dia pun bisa melihat akhlaknya sehingga bisa mencontohnya. Paling tidak, ketika bersamanya dia akan merasakan ketenangan dan kelapangan di dadanya.

Hadirin rahimakumullah,
Sebaliknya, seseorang yang menjadikan orang yang jelek agama dan akhlaknya sebagai temannya, maka teman yang demikian akan menjadi racun dan merusak agama dan akhlaknya. Teman yang jelek seperti ini akan mendorong teman-teman dekatnya untuk berbuat maksiat atau paling tidak akan membiarkan teman dekatnya dalam kemaksiatan. Dia ibarat seorang pandai besi yang membuat orang yang berada di dekatnya akan rusak bajunya karena terkena percikan api atau paling tidak dia akan mencium bau yang tidak enak ketika berada di dekatnya.

Hadirin rahimakumullah,
Sungguh, setiap orang harus hati-hati dalam berteman, baik untuk dirinya maupun untuk anak-anak dan keluarganya. Seseorang yang tidak mau mengikuti bimbingan Islam dia akan menyesal di dunia dan akhirat. Perhatikanlah firman Allah l,
Pada hari kiamat kelak, orang yang zalim akan menggigit dua tangannya (karena menyesal), seraya berkata, “Aduhai kiranya (dahulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dahulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur’an ketika al-Qur’an itu telah datang kepadaku dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (al-Furqan: 27—29)

Kaum muslimin rahimakumullah,
Oleh karena itu, marilah masing-masing kita melihat pada dirinya dan siapa teman-teman dekatnya. Kalau dia mendapatkan teman dekatnya adalah orang yang saleh, maka dia harus menjaganya untuk selalu menjadi teman dekatnya.
Adapun jika dia dapati teman-teman dekatnya adalah orang yang mengajak kepada kemaksiatan atau membiarkan dirinya terus di atas kemaksiatan, maka tinggalkanlah dia. Hal ini karena bergaul dengannya akan merusak agama dan akhlaknya, sedangkan menjauh darinya adalah suatu keselamatan. Kecuali kalau mendekatinya dengan maksud untuk menasihatinya dan dia memiliki kemampuan untuk melakukannya, maka ini adalah maksud yang baik. Namun, kalau untuk sekadar berkumpul dan menjadikannya sebagai teman atau untuk mendengarkan ucapan-ucapannya, maka hal ini akan membahayakan dirinya. Apalagi pada kenyataannya, seseorang lebih mudah untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak baik akhlaknya, dan umumnya setelah bergaul sulit untuk memutuskan hubungan dengannya.
Oleh karena itu, setiap orang harus berhati-hati dalam menjaga dirinya, keluarga, dan anak-anaknya dari berteman dan bergaul dengan orang-orang yang rusak agama dan akhlaknya.
أَسْأَلُ اللهَ أَنْ يُثْبِتَ الْجَمِيْعَ عَلَى صِرَاطِهِ الْمُسْتَقِيْمِ، وَأَنْ يُعِيْذَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنْ جُلَسَاءِ السُّوْءِ، وَيَحْفَظُنَا وَإِيَّاكُمْ باِْلإِسْلاَمِ.
Khutbah Kedua
الحَمْدُ للهِ، حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى للهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mencintai orang-orang yang istiqamah di atas jalan Rasulullah n merupakan ibadah, dan berkumpul dengan mereka merupakan kebaikan yang besar. Sementara itu, bergaul dan berteman dengan orang-orang yang rusak agamanya adalah sangat berbahaya, bahkan bisa menyebabkan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk), nas’alullah as-salamah (kita memohon keselamatan kepada Allah).
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang menceritakan tentang apa yang terjadi pada paman Nabi n. Al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih-nya meriwayatkan dengan sanadnya, ketika Abu Thalib dalam keadaan sakratul maut, Nabi n datang menemuinya untuk mengajaknya masuk Islam. Namun pada saat itu, di sampingnya ada dua orang yang saat itu dalam keadaan kafir yatu ‘Abdullah ibn Abi Umayyah dan Abu Jahl. Maka ketika Nabi n mengatakan kepada pamannya,
يَا عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ
“Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, sebagai ucapan yang dengannya akan aku bela engkau di sisi Allah.”
Namun, kedua orang kafir yang berada di sebelahnya mengatakan,
أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟
“Apakah kamu membenci agama ‘Abdul Muthalib?”
Nabi n pun mengulang ucapannya dan kedua orang tersebut pun membalas dengan mengulangi ucapannya pula. Pada akhirnya, ucapan Abu Thalib, dia tetap di atas agama ‘Abdul Muthalib dan tidak mau mengucapkan Laa ilaaha illallah.
Hadirin rahimakumullah,
Lihatlah, bagaimana akibat memiliki teman dekat yang jelek sehingga pada akhirnya seseorang mati dalam keadaan su’ul khatimah. Lihatlah bagaimana teman yang jelek akan mengajak seseorang untuk tetap di atas agama jahiliah dan menghalanginya untuk mengucapkan kalimat agung yang akan menjadi sebab masuknya dirinya ke dalam jannah/surga.

Kaum muslimin rahimakumullah,
Termasuk orang yang berbahaya untuk dijadikan teman dekat atau untuk dihadiri dan didengarkan perkataannya adalah orang-orang yang menyeru kepada bid’ah dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dalam memahami Islam. Allah l berfirman,
“Apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (al-An’am: 68)

Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam mempelajari dan mendengarkan penjelasan tentang agama. Lihatlah, bagaimana akibat duduk di majelis-majelis orang yang tidak amanah dalam menyampaikan agama sehingga muncul pemuda-pemuda yang berpemikiran Khawarij, yang di antaranya memiliki keyakinan bermudah-mudahan dalam mengafirkan serta menentang dan menjelek-jelekkan pemerintah di depan umum. Bahkan mereka dengan mengatasnamakan jihad yang tidak pada tempatnya melakukan peledakan dan bom bunuh diri di berbagai tempat. Sungguh, semua ini akibat dari tidak berhati-hati dalam bergaul dan memilih teman.
Mudah-mudahan Allah l memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk berjalan di atas jalan yang diridhai-Nya.



Catatan Kaki:

Kami tidak mencantumkan doa pada rubrik “Khutbah Jumat” agar khatib yang ingin membaca doa memilih doa yang sesuai dengan keadaan masing-masing.


Source : http://asysyariah.com/peringatan-untuk-berhati-hati-dalam-bergaul.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar